Zonajatim.com, Sidoarjo – Upacara pernikahan Pedang Pora merupakan tradisi untuk prosesi pernikahan perwira. Pedang Pora berasal dari kata Pedang Pura atau Gapura Pedang. Makna Pedang Pora yang dimaksudkan adalah iringan rangkaian pedang yang berbentuk berbentuk gapura. Dengan kata lain itu merupakan sebuah penghormatan bagi perwira yang akan memulai hidup baru dalam bahtera rumah tangga.
Tradisi Pedang Pora dalam upacara pernikahan militer bertujuan untuk melepas masa lajang bagi perwira militer. Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan mempelai wanita kepada dunia militer, serta menunjukkan bahwa awal memasuki rumah tangga bersama prajurit yang mungkin akan melalui banyak cobaan, namun keduanya akan selalu bersama dalam menghadapi mahligai pernikahan.
Bagaimana kalau pernikahan adat Jawa menggunakan upacara Keris Pora, itu pertama kali terjadi. Itulah yang dilakukan Drs Gito Subagyo saat menikahkan putranya Aziiz Syahda Nugraha dengan Siti Maemoenah di Pondok Tanggulangin Asri, Minggu (27/6/2021).
Alhasil upacara pernikahan itu menjadi unik dan membuat tamu yang hadir takjub. Pasalnya sang pengantin pria dan mempelai wanita disambut pasukan pemegang keris sebanyak 12 orang menyambutnya di pintu gerbang kursi pengantin.
Drs Gito Subagyo mengaku memang telah merencanakan pesta keris pora tersebut untuk menyambut kedua mempelai menuju pelaminan. Ia pun ingin menampilkan sesuatu yang berbeda di hari bersejarah putranya itu agar berkesan.
Keris Pora adalah konotasi dari lambang perwujudan dari sebuah bangunan Gapura yang terbuat dari keris berjajar rapi posisi terhunus ke atas dan diperagakan oleh 12 barisan prajurit berpakaian adat Jawa secara berhadap hadapan.
Dengan mengenakan ciri khas pakaian adat Jawa warna hitam dan senjata keris terhunus keatas berjajar berhadap hadapan dengan posisi berdiri tegak lurus membentuk lorong jalan piramida untuk dilewati bersama oleh kedua mempelai pengantin Aziz Syahda Nugraha dan Siti Maemoenah.
“Ide upacara penyambutan pengantin dengan pesta keris pora ini saya ciptakan untuk melestarikan budaya jawa dalam tata cara adat budaya pengantin Jawa, ini merupakan kreasi baru agar upacara penyambutan pengantin menjadi semarak dan khidmad,” ujar Drs Gito Subagyo yang juga pemilik Sanggar Nugroho di Desa Kalitengah Kec Tanggulangin ini.
Ketua dan pemilik Sanggar Nugroho, Drs Gito Subagyo, mengatakan, upacara keris pora ini tercetus ketika melihat upacara pengantin di lingkungan militer menggunakan pedang pora, makanya saya selaku pelestari buadaya Jawa dan Indonesia ingin menerapkan upacara itu mengganti pedang dengan keris yang merupakan senjata khas Jawa. “Sehingga dengan upacara keris pora ini nampak upacara pengantin adat Jawa ini sama dengan upacara nasional dan internasional,” katanya.
Lebih lanjut Drs Gito Subagyo mengatakan upacara keris pora tidak akan merusak adat pengantin Jawa, karena kami memiliki rambu-rambu yang tidak akan merusak pedang pora maupun sangkur pora. “Ini juga untuk menguri-uri adat Jawa, sehingga adat atau budaya Jawa tetap lestari dan upacara Keris Pora ini merupakan yang pertama di Indonesia saya lakukan,” tegasnya. sp