Zonajatim.com, Sidoarjo – Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI merupakan cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan undang-undang dasar 1945, hal ini sama saat memahami wawasan nusantara sebagai satu kesatuan Poleksosbud.
Empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara sesuai dengan Permendagri nomor 71 tahun 2012 tentang pedoman pendidikan wawasan kebangsaan meliputi : 1) NKRI; 2) Bhinneka Tunggal Ika; 3) Undang-Undang Dasar 1945; dan 4) Pancasila.“Semua nilai dalam sila-sila Pancasila itu sejalan dengan ajaran agama Islam yakni turunannya Rukun Islam,” kata H Tauifiqulbar, saat memberikan ceramah kepada peserta sosialisasi wawasan kebangsaan yang digelar anggota DPRD Jatim H Khulaim Junaidi di Hotel Luminor Sidoarjo, Minggu (6/11/2022).
Abah atau Cak Taufiq lalu menjabarkan keterkaitan hubungan antara rukun islam sebagai landasan agama islam dan pancasila sebagai landasan negara Indonesia. Adapun hubungan itu yaitu pertama dari segi jumlah, rukun islam berjumlah lima begitupun pancasila. Kedua, dari segi makna yaitu :1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini kerat kaitannya dengan rukun islam yang pertama yaitu syahadat. Secara umum, sila ini menerangkan tentang ketuhanan begitupun syahadat yang mempunyai makna pengakuan terhadap tuhan yaitu Allah SWT. Selain itu, kata Esa sendiri berarti tunggal, yang sebagaimana kita ketahui bahwa islam sebagai agama mayoritas penduduk negeri ini mempunyai tuhan tunggal ialah Allah SWT.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua pancasila, berkaitan dengan rukun islam kedua yaitu shalat. Shalat dalam islam selain sebagai ibadah wajib juga dilakukan untuk mendidik manusiamenjadi manusia yang beradab. Shalat adalah sebuah media untuk mencegah perbuatan yang tidak terpuji, sebagai mana yang difirmankan oleh Allah bahwa shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar.
3. Persatuan Indonesia yang artinya seluruh elemen rakyat yang ada di indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan adat bersatu dan membentuk kesatuan dalam wadah bangsa indonesia. Kaitannya dengan itu, persatuan terbentuk ketika jurang pemisah sudah tidak ada lagi di masyarakat. salah satu jurang pemisah yang paling nyata yaitu jurang antara yang miskin dan yang kaya. Untuk menyatukan jurang pemisah tersebut maka di agama islam diwajibkan membayar zakat bagi orang-orang kaya yang akan disalurkan untuk kepentingan kaum miskin dan dhuafa. Zakat yang notabennya adalah rukun islam ketiga sangat erat kaitannya dengan poin pancasila ketiga tersebut. Dengan zakat akan terbentuk rasa kasih sayang pada umat yang akan menghasilkan persatuan yang di cita-citakan.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sangat erat kaitannya dengan rukun islam keempat yaitu puasa. Dengan puasa akan terbentuk sifat bijaksana dan kepemimpinan. Ciri orang bijaksana, yaitu ia mampu merasakan dan mempunyai rasa kasih sayang sesama, semua itu adalah hikmah dari puasa. Selain itu, dalam menentukan waktu puasa, perlu dilakukan suatu musyawarah yang dikenal dengan sidang itsbat.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Pada rukun islam, terdapat yang namanya haji. Haji adalah proses sosial yang terbesar di dunia ini, dimana setiap orang datang dari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan kebiasaan bergabung menjadi satu dalam satu tempat dan waktu dalam kedudukan yang sama. Di dalam haji, tidak memandang itu siapa dan siapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan hukumnya sama. Semua itu adalah cerminan dari keadilan tuhan.
“Oleh karena itu, perlu ada upaya terus menerus untuk menjelaskan dan memberikan pengertian bahwa nilai-nilai Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama mana pun. Pancasila sebagai sebuah ideologi negara telah teruji karena lahir dari kesepakatan bersama antarkelompok yang beragam. Lahirnya Pancasila tidak hanya melibatkan tokoh dari kalangan satu agama saja, melainkan juga tokoh-tokoh agama lain dan kelompok nasionalis,” paparnya. sp