Zonajatim.com, Sidoarjo – Penanganan kasus stunting di kabupaten Sidoarjo terus ditekan. Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo menaruh perhatian khusus terkait program nasional percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Sidoarjo. Banyak aspek yang menyebabkan terjadinya kasus stunting, selain masalah ekonomi.“Tidak hanya masalah ekonomi dan asupan gizi saya yang menyebabkan stunting, masalah sanitasi yang tidak bersih pun jadi salah satu faktornya,” kata Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo Abdillah Nasih, kemarin.
Politisi PKB ini menjelaskan bila asupan gizi terpenuhi dengan baik, namun apabila peralatan makan yang digunakan tidak bersih juga kebersihan masyarakat yang kurang baik karena sanitasi yang kurang bagus juga menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting. Untuk itu, diharapkan pemerintah daerah melalui dinas terkait yaitu PDAM Delta Tirta juga Dinas PU Bina Marga bisa segera melakukan perbaikan -perbaikan sanitasi yang dibutuhkan masyarakat khususnya di lokus-lokus stunting yang ada di Sidoarjo.
“Di Sidoarjo ini ada 7 kecamatan dengan 24 lokus stunting. Saya harapkan dinas terkait bisa segera menyelesaikan masalah sanitasi ini. Apalagi daerah yang dekat dengan perkotaan, seperti Waru dan Gedangan. Sangat ironis di dua kecamatan tersebut masih menjadi lokus stunting serta sanitasi yang kurang bagus,” paparnya.
Dikatakan, program nasional percepatan penurunan angka stunting sangat membutuhkan peran aktif dari semua pihak. Banyak faktor yang menyebabkan stunting mulai dari ekonomi, budaya, termasuk masalah sanitasi. “Masalah kebersihan air minum menjadi perhatian karena bisa menyebabkan stunting. Untuk di Sidoarjo sudah ada tim percepatan penurunan angka stunting dan kami sangat senang , soal sanitasi juga menjadi perhatian khusus Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo. Dengan kepedulian dan perhatian semua pihak maka percepatan penurunan angka stunting bisa diwujudkan,” tandasnya.
Hal sama juga disampaikan anggota Komisi D DPRD Sidoarjo Aditya Nindyatman bahwa penanganan stunting membutuhkan kepedulian sejumlah pihak. Sinergi dari berbagai elemen diperlukan untuk menurunkan angka stunting. Termasuk dari program perbaikan sanitasi lingkungan.
Anggota Komisi D DPRD Sidoarjo Aditya Nindyatman berharap, program perbaikan sanitasi yang dijalankan pemerintah bisa dioptimalkan untuk menangani kasus stunting di Kota Delta. Menurut dia, program perbaikan sanitasi lingkungan harus dijalankan dengan baik sesuai rencana.Terutama pendampingan dan edukasi kepada masyarakat melalui program tersebut agar lebih optimal. ”Sehingga tujuan menurunkan kasus stunting bisa tercapai,” ujarnya.
Komisi D DPRD mendukung penuh upaya-upaya yang dilakukan dalam penanganan stunting. Hal itu sebagai wujud kepedulian lembaga legislatif untuk mengatasi penyakit gagal tumbuh pada anak yang diakibatkan kekurangan gizi parah itu.
Adit juga mengimbau semua pihak turut terlibat membantu penanganan stunting. Seperti perusahaan besar, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan pihak lainnya diharapkan berperan membantu mengedukasi masyarakat dalam menjaga kebersihan sanitasi terutama di rumah. Aditya mengingatkan masyarakat bahwa buruknya fasilitas sanitasi juga dapat menjadi penyebab anak terkena stunting. “Sanitasi kalau misalnya tidak baik, juga akan mengakibatkan kondisi kesehatan terganggu,” ujar Aditya politisi PKS ini.
Aditya menyebutkan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan buruknya sanitasi terkait dengan penularan penyakit diare seperti kolera dan disentri, serta tipus, infeksi cacing usus dan polio, yang dapat berkontribusi pada stunting dan penyebaran resistensi antimikroba.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang mempengaruhi fisik dan otaknya, akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Ini berhubungan dengan status gizi ibu selama kehamilan, praktik menyusui atau ASI tidak eksklusif selama enam bulan pertama, praktik pemberian makan pendamping (MPASI) yang tidak tepat dan pemantauan tumbuh kembang anak yang tidak rutin.”Penyebab langsungnya asupan gizi yang kurang, kesehatan yakni sering sakit anaknya akibatnya status gizi turun. Penyebab tidak langsungnya aksesibilitas terhadap pangan. Pola asuh berpengaruh ke kesehatan,” paparnya.
Anak yang mengalami stunting akan terganggu pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan serta metabolisme tubuhnya. Pada jangka panjang, IQ anak lebih rendah ketimbang rekan seusianya yang tak mengalami stunting dan mengalami berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan stroke.
Menurutnya, stunting sebenarnya merupakan permasalahan kesehatan yang dapat dicegah, bahkan sejak sebelum kelahiran anak yakni dengan berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) atau periode emas.
Ada tiga hal yang dapat diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Pola makan yang baik mencakup pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan MPASI yang bernutrisi dan adekuat.
Kemudian, orangtua menerapkan pola asuh yang baik dengan membawa anaknya secara rutin ke Posyandu untuk memantau tumbuh kembangnya, memenuhi kebutuhan air bersih, serta meningkatkan fasilitas sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan.
Komisi D DPRD Kabupaten Sidoarjo ikut berupaya mengurangi angka stunting atau anak bertubuh pendek atau istilahnya kerdil, di Kabupaten Sidoarjo dengan melakukan sosialiasi ke masyarakat untuk menggelorakan hidup sehat dan bersih lingkungan. “Ini salah satu program prioritas yang dikawal oleh Komisi D,” cetus anggota Komisi D DPRD Sidoarjo Zahlul Jussar.
Zahlul menjelaskan, sosialisasi mengenai stunting ini bagian dari kegiatan Komisi D yang berkampanye mengenai gizi untuk anak-anak serta perbaikan sanitasi lingkungan.
Permasalahan terkait stunting itu nantinya akan menjadi pembahasan rapat internal di Komisi D dan dicarikan solusinya bersama dinas terkait di Pemkab Sidoarjo. Ditambahkan Zahlul, upaya Komisi D DPRD Sidoarjo berkampanye soal gizi dan pencegahan stunting ini sekaligus bagian dari mendukung program pusat. Yakni menyiapkan generasi yang lebih baik ke depannya. “Ini upaya preventif. Tidak menunggu terjadinya stunting,” tandas Zahlul politisi Partai Demokrat ini.
Zahlul pun berharap upaya kampanye mencegah stunting langsung ke desa-desa ini bisa terus mengurangi angka stunting di Sidoarjo. Kata dia, selain puskesmas, pemerintah desa bisa melakukan kegiatan serupa karena APBDes memiliki anggaran untuk pencegahan stunting. “Sinergi ini diharapkan bisa mengurangi stunting dan menyiapkan generasi yang sehat dan cerdas,” pungkas Zahlul.
Hj Mimik Idayana anggota Komisi D DPRD Sidoarjo menambahkan bahwa pencegahan stunting tidak akan berjalan efektif tanpa kolaborasi multipihak yang dilakukan antara pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) hingga sektor swasta.
Sementara itu, dampak stunting dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada kualitas hidup anak saat dewasa karena mereka tidak memiliki kesempatan mendapatkan peluang kerja yang sama dibandingkan manusia normal lainnya.
Asupan gizi yang buruk pasa ibu hamil dan balita rupanya bukan menjadi penyebab utama stunting, melainkan lingkungan yang tidak bersih dan tidak sehat juga merupakan faktor terjadinya resiko penyakit stunting. Lingkungan adalah semua hal yang ada di sekitar kita, baik hidup maupun tidak, misalnya air, udara, tanah dengan segala yang ada di atasnya seperti tumbuhan, hewan, mikroorganisme. “Lingkungan juga bisa disimpulkan sesuatu yang berada disekitar kita yang keberadaanya saling mempengaruhi satu sama lain khususnya dalam perkembangan kehidupan manusia.Upaya yang bisa dilakukan demi menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat adalah dengan menggalakkan sanitasi lingkungan,” kata Hj Mimik Idayana politisi Partai Gerindra.
Sanitasi merupakan langkah untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tidak membuang air besar sembarangan, serta mencuci tangan pakai sabun, dan mengelola air minum serta makanan yang aman, mengelola sampah rumah tangga dengan aman dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang memberikan contoh untuk membudayakan hidup bersih serta mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. “Sanitasi lingkungan merujuk pada indikator – indikator terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat. Sanitasinya yang buruk dapat menjadi faktor berbagai macam penyakit buruk sehingga dapat mengganggu kesehatan manusia. Perbaikan lingkungan terutama sungai menjadi perhatian khusus, karena ini salah satu faktor pemicu stunting,” ujarnya.
Untuk itu, kebiasaan sebagian masyarakat yang masih menggunakan sungai untuk mandi hingga buang air di jamban apung menjadi permasalahan tersendiri. “Program jambanisasi sangat diperlukan guna meningkatkan kesadaran akan dampak negatif dari buang air besar sembarangan,” ujarnya.
Oleh sebab itu, karena faktor multidimensi itulah, maka penanggulangan stunting membutuhkan keterlibatan lintas sektoral secara kolaboratif. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Oleh sebab itu, Hj Mimik menyebutkan bahwa untuk mencegah terjadinya stunting itu sendiri perlu memperbaiki pola makan, Pola Asuh dan Sanitasi.“Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi”, katanya.
Menurutnya, sanitasi yang baik merupakan faktor penting dalam mencegah berbagai macam masalah kesehatan dan gizi, salah satunya adalah untuk mencegah stunting. “Sanitasi yang buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada balita serta diare dan kecacingan yang dapat mengganggu proses pencernaan dalam proses penyerapan nutrisi, jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama dapat mengakibatkan stunting,” kata Hj Mimik Idayana.
Oleh karenanya dengan kondisi tersebut, jelas bahwa penyediaan sanitasi yang layak dan aman menjadi sangat penting dalam percepatan penurunan stunting pada balita di Sidoarjo, tambahnya. Sp/adv