Zonajatim.com, Sidoarjo – Pelebaran jalan di sebelah barat bunderan Aloha untuk mengurai kemacetan lalu lintas sudah tuntas dilakukan Pemkab Sidoarjo pada tahun 2022. Kali ini, tinggal menunggu realisasi pembangunan Flyover Aloha yang anggarannya ditanggung Pemerintah Pusat.
Pemerintahan Pusat sudah merencanakan pembangunan Fly Over. Hal ini sesuai dengan Perpres 80/2019 tentang percepatan pembangunan wilayah di Jatim. Namun sampai sekarang belum ada progres yang jelas waktu pembangunannya.
Proyek flyover Aloha dibangun memakai anggaran APBN sebesar Rp 350 miliar. Rencananya dimulai Tahun 2023 – 2024. Untuk urusan pembebasan lahan menjadi tanggung jawab Pemkab Sidoarjo.
Tingginya volume kendaraan dari arah Surabaya, arah Sidoarjo dan kendaraan dari Jalan Juanda kerap kali menyebabkan kemacetan di Kawasan Bundaran Aloha, di Desa Sawotratap, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo.
Ditambah lagi keberadaan rel kereta api, krosing saat kendaraan hendak putar balik, kendaraan keluar masuk Bangah, dan sebagainya, membuat kawasan itu selalu padat. Utamanya saat jam-jam berangkat dan pulang kerja.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidoarjo mendorong pemerintah pusat untuk segera merealisasikan pembangunan flyover Aloha digarap tahun 2023. Sebab keberadaan proyek yang dianggap dapat mengurai kemacetan itu sudah di nanti oleh masyarakat. “Masyarakat sudah lama menunggu adanya Flyover Bundaran Aloha, sebab memang volume kendaraan di daerah tersebut sangat padat,” ujar Ketua DPRD Sidoarjo H. Usman, kemarin.
H Usman menambahkan, pembangunan flyover ini selaras dengan program pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang menargetkan penyelesaian Frontage Road Waru-Buduran. “Kalau di Bundaran Aloha sudah ada Flyover, terus Frontage Road juga selesai, maka saya yakin tidak ada lagi kemacetan disepanjang jalan dari Waru hingga Buduran,” ujar politisi PKB itu.

Kebutuhan pembangunan flyover Aloha itu sangat mendesak untuk mengurai kemacetan akibat tingginya volume kendaraan dari arah Surabaya dan Sidoarjo. H Usman mengakui, pengajuan pembangunan flyover di Aloha Sidoarjo itu sudah cukup lama.
Pemkab Sidoarjo tidak mampu mendanai sendiri pembangunannya sehingga diajukan ke Pemprov Jatim dan pemerintah pusat untuk sharing pendanaan. “Pembangunannya nanti akan dilakukan oleh Kementerian PUPR dan anggarannya dari pusat,” katanya.
Menurutnya, pembangunan flyover itu memang bukan perkara mudah. Sebab, sebagian lahan yang adalah milik TNI AL dan PT KAI sehingga perlu koordinasi lebih lanjut. “Karena ditangani langsung oleh kementerian PUPR, koordinasi antar instansi saya kira akan menjadi lebih mudah,” tambahnya.
Oleh karena itu, lanjut H Usman, kami mendorong pada pemerintah pusat untuk merealisasikan pembangunan Flyover Aloha segara dikerjakan pada tahun 2023 sesuai dengan jadwal yang ada, sehingga biang kemacetan lalin di sekitar Aloha bisa diatasi.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo H Kayan, menambahkan bahwa alam peraturan presiden nomor 80 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi Di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan, Kawasan Bromo – Tengger – Semeru.
Jelas keberadaan flyover di Bundaran Aloha ini memang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat. Tapi pihaknya sebagai wakil rakyat mendorong agar segera direalisasikan. Sebab ini berdampak langsung terhadap perputaran ekonomi di kota delta, maupun di Jawa Timur. “Dengan adanya flyover tersebut, kendaran dari, Surabaya, Sidoarjo maupun dari Bandara Juanda akan bebas hambatan,” ucapnya.

Oleh sebab itu, H Kayan mendorong Pemerintah Pusat untuk segera merealisasikan pembangunan Flyover Aloha.“Saya meminta pembangunan Flyover Aloha segera terealisasi. Apalagi sudah menjadi amanah Perpres 80 tahun 2019 tentang percepatan pembangunan di Gerbangkartasusila,” ujar H Kayan, politisi dari Partai Gerindra ini.
Lebih lanjut H Kayan menjelaskan, pembangunan flyover penting untuk mendukung gerak perekonomian masyarakat Sidoarjo. Keberadaan jalan layang di bunderan Aloha tersebut bisa mengurai kemacetan di jalur utama Sidoarjo – Surabaya. “Kalau kemacetan terurai, mobilitas orang dan barang menjadi lancar, sehingga gerak perekonomian juga ikut lancar,” jelas legislator dari Prambon ini.
Menurut Kayan kemacetan yang terjadi di Bundaran Aloha sudah sangat parah. Mulai pagi sampai petang, ruas jalan yang ada sudah kesusahan menampung volume kendaraan. “Tentu semua pengguna jalan dirugikan. Yang mau kerja, ke sekolah, yang ke bandara. Kendaraan pengangkut barang juga mengalami keterlambatan,” imbuh Kayan.
Ketua Komisi C DPRD Sidoarjo Suyarno juga meminta dan mendorong agar pemerintah segera merealisasikan pembangunan flyover di Bundaran Aloha digarap tahun 2023. Hal ini dilakukan agar solusi kemacetan selama ini terjadi di Aloha Sidoarjo ini bisa teratasi.
Suyarno mengatakan, sebagai kota penyangga kedua di Jatim, Kota Sidoarjo terus berbenah dengan memperbaiki pelayanan transportasi kepada masyarakatnya. Mengingat semua orang di Jatim yang melintas dari utara, barat, dan Timur melalui jalan non tol selalu melalui Sidoarjo yaitu Aloha.
Menurutnya, kemacetan yang panjang dan berjam jam tentu saja sangat merugikan semua pengguna jalan. Baik yang kerja, yang sekolah, yang usaha, yang sedang ke Bandara Juanda, angkutan umum ataupun angkutan yang membawa barang untuk dikirim ke suatu tempat. Semuanya menjadi terlambat dan menjadi rugi.
Maka itu, pihaknya berharap kepada pemerintah pusat menyelesaikan solusi kemacetan di Aloha Sidoarjo dengan segera membangun Flyover di Bundaran Aloha.engatakan, “Kebutuhannya mendesak karena tingkat volume kendaraan yang semakin meningkat,” kata Suyarno, politisi PDIP ini.

Menurutnya, Pemkab Sidoarjo harus ikut berperan untuk aktif mengawal rencana tersebut agar segera terealisasi. Misalnya, terkait anggaran pembebasan lahan yang menjadi kewenangan Pemkab Sidoarjo. Koordinasi harus dilakukan agar proses pembangunannya bisa segera dikebut.
Apalagi, tambah Suyarno, pembangunan flyover Aloha, merupakan salah satu dari sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) di Jawa Timur sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden 80/2019. “Kami meminta agar koordinasi antara Pemkab Sidoarjo dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII terus dilakukan. Hal itu mempermudah realisasi pembebasan lahan maupun pengerjaan proyek,” katanya.
Suyarno mengungkapkan, rekayasa jalan di titik jalan tersebut sudah sulit dilakukan. Salah satu solusinya yakni pembuatan flyover. Dengan adanya jembatan layang maka tidak ada penumpukan kendaraan akibat adanya bottleneck. “Di Bundaran Aloha macet karena volume kendaraan dan crossing kendaraan dari arah bandara,” ucapnya.
Lebih lanjut Suyarno berharap, dengan skala prioritas pembangunan flyover tersebut kemacetan jalan sekitar Aloha itu bisa teratasi. Sehingga, roda perekonomian maupun investasi di Kota Delta semakin meningkat. Akses jalan itu bisa dengan mudah dilewati tanpa ada lagi kemacetan jalan yang mengular.
Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) saat ini Pemkab Sidoarjo telah menyiapkan desain pembangunan flyover di Bundaran Aloha. Dan desain itu, kini sudah diusulkan ke pemerintah pusat. “Desain memang kami yang mengusulkan. Namun pembangunannya semua wewenang pusat,” Kata Heri Soesanto Kepala Bappeda Sidoarjo.

Dalam desain flyover, terlihat ada dua flyover yang akan dibangun. Dua flyover itu yakni dari Jalan Juanda turun di sebelah barat atau jalan arah Sidoarjo menuju Surabaya. Dan satu flyover lagi menuju ke Jalan Juanda.“Dengan begitu, kendaraan dari dan menuju Jalan Juanda tidak terpengaruh rel kereta api. Juga menghindari croosing di Bundaran Aloha. Tentu ada penambahan luas jalan di sebelah barat agar titik turun dan naik flyover tidak menimbulkan kepadatan baru,” pungkasnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN Jawa Timur-Bali Apri Artoto, ST mengatakan rencana pembanguna flyover Aloha sudah tidak ada kendala yang berarti. Desain pembangunannya pun sudah tuntas dibuat dan dana pembangunannya pun sudah turun. “Kalau semua berjalan lancar akan bertanda tangan kontrak di awal November, insyallah kalau tanda tangan kontrak di awal November, pekerjaan flyover ini akan selesai di semester I 2024. Insyaallah di bulan April,” ujarnya.
Apri Artoto menjelaskan pembangunan flyover Aloha menggunakan skema multi years contract. Anggaran yang dikeluarkan sekitar Rp 350 miliar dengan dua lajur satu arah. Lajur pertama dari Sidoarjo ke Juanda, sedangkan lajur kedua dari Juanda ke Surabaya. Adapun lebar jembatan itu mencapai 9 meter dengan lebar jalan 7 meter. Pembangunan flyover Aloha sendiri untuk mengakomodir transportasi ke arah Juanda. Sp/adv