Zonajatim.com, Surabaya – Sejak dikukukan menjadi Kota Literasi pada 2014 lalu, Surabaya terus menambah titik layanan bacanya. Hingga kini, tidak kurang 530 titik layanan baca tersebar. Bahkan, titik layanan baca tersebut turut dilengkapi dengan kelas mendongeng, kelas bahasa asing, kelas menulis, kelas numerasi, hingga wisata buku.
Upaya yang dilakukan dinas perpustakaan memang sudah menjadi bagian dari komitmen pemerintah Kota Surabaya untuk meningkatkan kualitas literasi dan budaya baca masyarakatnya. Staf Ahli Wali Kota Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan Kota Surabaya, M. Afgani Wardhana, mengatakan upaya tersebut dapat dirasakan nyata karena Pemkot secara khusus bersinergi dan bergotong royong dengan pegiat literasi menghidupkan titik layanan baca yang tersebar di fasilitas umum milik kota. “Bahkan, informasi layanan perpustakaan pun bisa diakses melalui SIPUS, yaitu Sistem Informasi Perpustakaan, dan kanal media sosial,” terang Wardhana.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional Adin Bondar mengatakan Safari Literasi Duta Baca Indonesia merupakan bagian dari rencana aksi DBI untuk menggerakkan potensi daerah.
Adin mengakui sebagian masyarakat Indonesia belum literat karena belum terbiasa membaca dalam keseharian. Padahal ini adalah sederhana yang bisa dilakukan secara bersama seperti di keluarga, satuan pendidikan. Bahkan, keluarga menjadi pondasi penting untuk menumbuhkembangkan kebiasaan tersebut.“Ketika sering membaca akan timbul pemahaman terhadap sesuatu. Ini lah yang disebut dengan literasi. Jika tingkat literasi membaik, kesejahteraan hidup pun akan ikut membaik karena sudah ada kesadaran dalam diri masyarakat untuk berpikir kreatif dan berani berinovasi,” jelas Adin.
Indonesia sudah lama dikenal sebagai bangsa yang sarat dengan kearifan lokal. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dihuni oleh ribuan suku bangsa. Dampaknya, ribuan kearifan lokal pun bisa mudah dijumpai. Namun, tidak banyak yang mendokumentasikan ke dalam bentuk tulisan sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik.
Pentinganya kearifan lokal menjadi sebuah tulisan disuarakan Duta Baca Provinsi Jawa Timur Heraldha Savira. Menurutnya, upaya tersebut dapat membuat suatu bangsa menjadi beradab karena bisa dipelajari dari generasi ke generasi selanjutnya.“Tinggi rendahnya peradaban manusia suatu bangsa dapat dilihat dari banyaknya khasanah budaya bangasa yang diciptakan,” terang Heraldha.
Provinsi Jawa Timur diakui memiliki banyak naskah kuno dan saat ini sedang dilakukan penerjemahan agar dapat dipelajari oleh para pelajar. Bahkan, tidak perlu mengambil sumber teori dari negara Barat karena begitu melimpahnya naskah nusantara yang dimiliki. “Tidak kurang 600 aksara nusantara dan 718 bahasa terserak di Indonesia,” imbuh pegiat literasi Bambang Prakoso.