Zonajatim.com, Kota Batu – Membaca bukan sekedar membaca teks. Melainkan aktivitas intelektualitas yang lahir dari kebiasaan. Namun, diperlukan kolaborasi dan integrasi program agar tercipta peningkatan kualitas literasi.
Penjabat Wali Kota Batu Aries Agung Paewai secara khusus mengatakan yang diperlukan untuk mencapai arah peningkatan literasi adalah pengembangan program yang dilakukan pemerintah daerah. “Kota Batu sudah berkembang luar biasa, namun masih memerlukan aktivitas massif untuk menumbuhkembangkan kualitas literasi dan intelektualitas masyarakat Batu,” ujarnya ketika membuka talkshow dan Pelatihan Kepenulisan bersama Duta Baca Indonesia (DBI) di Balai Kota Among Tani, Jumat (21/7/2023).
Dikenal sebagai daerah wisata beriklim sejuk, Kota Batu yang berpenduduk sekitar 221 ribu jiwa juga menginginkan adanya pojok-pojok baca di beberapa spot wisata atau keramaian publik. “Kami perlukan agar minat dan kegemaran membaca bisa tumbuh dengan sendirinya,” harap Aries.
Di satu sisi, Pj Wali Kota Batu mengaku bangga atas dipilihnya Kota Batu sebagai satu dari 12 titik safari literasi Duta Baca Indonesia, di antara ratusan kabupaten/kota di Indonesia. Menambahkan yang disampaikan Pj Wali Kota Batu, Sekretaris Daerah Kota Batu Zadim Effisiensi menambahkan secara khusus Dinas Pendidikan dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sudah memiliki anggaran terkait pembudayaan kegemaran membaca. Yang dibutuhkan selanjutnya adalah mengkolaborasi programnya.”Saya menghendaki pembudayaan kegemaran membaca harus jadi kebutuhan,” imbuhnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional Dewi Kartikasari menjelaskan bahwa kegiatan membaca bukan tugas perpustakaan tapi semua pihak. Tinggal bagaimana mengemasnya agar lebih menarik lewat aneka promosi yang mampu memantik kesadaran masyarakat untuk membaca tanpa dipaksa. Tugas kita adalah sama-sama mencerdaskan anak bangsa. “Membaca perlu keteladanan, kebiasaan, integrasi program, pemberian reward,” terangnya.
Guru Besar Universitas Brawijaya Candra Fajri mengakui saat ini aktivitas membaca bisa melalui perangkat gerak seperti mobile phone. Hal ini semata untuk menyesuaikan dengan kondisi perkembangan teknologi. Di luar negeri, menemukan kebiasaan masyarakat membaca sudah tidak aneh. Tinggi rendah nya peradaban mereka bisa dilihat dari kualitas bacaan dan kebiasaan membacanya. “Mereka anggap kebiasaan membaca merupakan solusi untuk mengatasi keterbelakangan,” ucap Candra.
Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong pun sependapat. Menurutnya kebanyakan dari masyarakat belum sadar potensi kewilayahan daerahnya. Padahal itu bernilai tinggi. Sebagian masyarakat masih cenderung fokus melihat potensi pariwisata saja sebagai sumber pendapatan.
Namun, banyak tulisan ataupun naskah yang belum mampu mengeksplorasi keadaan suatu wilayah. Akibatnya banyak orang yang belum menyadari. “Padahal ada aspek lain yang mampu menggerakkan perekonomian selain dari wisata,” ujar Gong. Jok