Zonajatim.com, Jakarta – Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, melainkan keterampilan berpikir kritis, berkomunikasi dengan efektif, dan berpartisipasi aktif dalam percaturan global.”Dunia literasi adalah pintu gerbang menuju pengetahuan, pemahaman yang lebih baik, dan potensi tak terbatas,” kata Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Sri Marganingsih, pada media gathering di Jakarta, Selasa (5/8/2023).
Ia menambahkan, kemampuan literasi dalam membuka akses ke informasi dan peluang yang berlimpah, memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang lebih baik dalam hidup.
Perpustakaan Nasional sebagai lembaga pemerintah non kementerian, lanjut Sri Marganingsih, mempunyai tugas sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Yaitu melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan yang meliputi, menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan.
Selain itu, Perpustakaan juga bertugas melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap penyelenggaraan perpustakaan, serta membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan, sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan.”Di samping itu Perpustakaan Nasional juga mempunyai fungsi sebagai perpustakaan Pembina, Deposit, Rujukan, Penelitian, Pelestarian dan Sebagai Pusat Jejaring Perpustakaan,” katanya.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, dan juga Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang ditindaklanjuti, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang mana Perpustakaan, ditetapkan sebagai urusan wajib, non pelayanan dasar.
Untuk itu kelembagaan perpustakaan dalam bentuk dinas, wajib dibentuk di setiap daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Perpustakaan menyediakan layanan yang bertransformasi sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta kebutuhan masyarakat.
Arah transformasi menekankan bahwa paradigma perpustakaan kini telah berubah. Paradigma baru perpustakaan mengarahkan sumber daya dan upaya perpustakaan dengan proporsi 10% untuk manajemen koleksi (collection management); 20% untuk manajemen pengetahuan (knowledge management); dan 70% untuk transfer pengetahuan (transfer knowledge). “Kami menyebut pengaturan proporsi ini sebagai Perpustakaan Menjangkau Masyarakat,” katanya.
Berbagai partisipasi masyarakat ditunjukkan dalam urusan literasi dan terasa impresif. Sejumlah upaya konstruktif mendekatkan sumber bacaan menjangkau hingga ke pelosok dilakukan melalui kuda pustaka, becak pustaka, bemo pustaka, motor pustaka, perahu pustaka, noken pustaka, dan lainnya. Jok